Musyawarah Warga Madawirna XXXII

Suasana Musyawarah Warga Madawirna XXXII

Tebing, Tuhan dan aku

Pemandangan dari pitch 2 tebing parangndog

Pantai

Salah satu pantai barisan pantai yogyakarta selatan

Jalan Terjal

Perjalanan turun dari Kawah Gunung Sumbing

Semburat Cahaya

Pos 7 Gunung Slamet via Bambangan

Sabtu, 21 Maret 2015

Anak Tangga Gn Sumbing Jalur Butuh Memang Aduhai

( Pendakian Warga Baru 2014, Madawirna, Gn Sumbing Via Butuh Kaliangkrik )

Mapala UNY, Madawirna


      Sumbing dengan dengan ketinggian 3.371 mdpl, itu yang kami piih untuk perjalan kali ini. Dan jalur yang kami pakai adalah mbutuh, kaliangkrik. Memang jalur ini sudah familiar dengan beberapa kegiatan MAPALA UNY MADAWIRNA sebelumnya. Jumat, 13 Maret 2015, kami, rombongan dari MAPALA UNY MADAWIRNA berjumlah sembilan orang yang beranggotakan Mas Coy, Mas Ismu, Alfi, Son, Heni, Ginanjar, Brigita, Fajri, dan Sevi berangkat untuk melakukan pendakian gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik. Tepatnya pukul 16.00 WIB, kami berangkat dari sekretariat  dengan sepeda motor berbonceng-boncengan. Kurang lebih dua jam perjalanan yang kami tempuh untuk sampai ke tempat kediaman Mas Maman, salah satu  purnawarga (sebutan untuk alumni Madawirna), yang rumahnya terletak di Kaliangkrik. Sambutan yang ala kadarnya tapi sangat sarat akan kekeluargaan dari keluarga mas maman. Teh hangat, kopi panas serta makanan tradisional kami lahap tak lupa makan malam juga.  Setelah sholat isya atau tepatnya pukul 20.15 WIB kami berangkat menuju basecamp rumah kepala dusun dan bertambah anggota mas maman yang akhirnya memutuskan untuk ikut pendakian, sehingga personil kita menjadi sepuluh orang.
    Sesampai di basecamp kami beristirahat sebentar, sambil beramah tamah dengan kepala dusun, pak Lilik. Banyak percakapan yang bicarakan, karna memang dulu MAPALA UNY MADAWIRNA selalu dan sering berkegiatan di sumbing lewat jalur Kaliangkrik untuk prosesi pemantapan 4 dalam proses Penerimaan Warga Baru. Setelah dirasa cukup baru kita melakukan pemanasan dilanjut dengan berdoa bersama, kemudian mulai mendaki pukul 22.00 WIB. Pendakian sampai camp 2 melewati tangga tanah yang sangat panjang dan melelahkan jiwa raga kami. Sekitar 2 jam lebih kami berjuang sekuat tenaga melewati tangga tanah itu menuju camp 2. Tapi rasa lelah kami sedikit terobati dengan adanya pemandangan cantik dari atas. Bagaikan bukit bintang versi lain, meeen.
   Hawa dingin mulai menusuk tulang, di camp 2  kami langsung memasak air dan mendirikan tenda dome untuk bermalam. Kopi dan cemilan serta obrolan hangat menjadi pengantar tidur kami untuk menyambut hari esok dan melanjutkan perjalanan. Cuaca kurang bersahabat, kami terlelap diiringi hujan yang cukup deras.

Mapala UNY, Madawirna
Suasana pagi hari di Camp 2
   Pukul 05.00 WIB, waktu yang dijadwalkan untuk bangun, PJ bangun, Alfi, mulai membangunkan teman-teman lain. Hujan masih turun, membuat udara semakin dingin dan kami enggan untuk berpisah dengan sleeping bag. Sekitar pukul 06.00 WIB, semua personil baru berhasil bangun dan beraktifitas. Setelah sarapan, dengan semangat yang membara, kami melanjutkan pendakian menuju puncak. Jalan yang kami lalui cukup terjal dan hanya cukup dilewati 1 orang, bertepi jurang. Tapi, lagi-lagi kami disuguhi pemandangan yang luar biasa tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Petchyaaah meen....!!

Mapala UNY, Madawirna
Pemandangan di atas Camp 2
    Sekitar satu jam berjalan, kabut mulai menyelimuti. Walau begitu, semangat kami untuk menggapai puncak tidak surut. Kami terus mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah. Setelah hampir perjalanan 1 jam kami sampai di camp 3 dan beristirahat, tidak lupa selfie. Setelah dirasa cukup kami berjalan lagi, dan 1 jam kemudian sampai di sungai terakhir. Jadi, total sungai yang kita lewati ada 9 sungai. Disini kami beristirahat lagi karena banyak batu besar yang nyaman untuk melepas lelah.

Mapala UNY, Madawirna
Istirahat melepas lelah di Sungai Terakhir
    Hujan rintik-rintik mulai turun, kami terus berjalan, akhirnya sampai juga kami di camp 4 atau lebih kerap disebut Pohon Tunggal, karena memang cuman ada satu pohon yang berdiri disitu. dan sampai pada puncak Kaliangkrik. Kami tidak berlama-lama karena udara sangat dingin. Hari semakin sore, hujan bertambah deras, kabut masih saja menyelimuti. Selanjutnya kami turun ke sabana, naik ke kawah, lalu turun ke pasir putih. Di pasir putih kami jadikan tempat untuk nge-camp. Hujan turun sangat deras. Dengan berbalut raincoat kami mendirikan tenda dome dengan tubuh menggigil kedinginan. Setelah dome berdiri kami membuat minuman hangat, bercengkrama sebentar. Pukul 17.00 WIB kami tidur part 1. Malamnya kami bangun pukul 19.30 untuk memasak makanan. Menu yang kami pilih waktu itu adalah ayam goreng, tempe goreng serta lotek. Walaupun sangat enggan rasanya keluar dome di udara sedingin itu, kami harus beraktifitas dan makan agar tubuh lebih hangat. Setelah semua selesai, makan dan beres-beres, kami tidur part 2, berdo’a supaya esok cerah dan bisa sampai puncak sejati mengejar sunrise esok harinya.

Mapala UNY, Madawirna
Milkyway di kawah pasir
    Pagi itu cuaca terlihat cerah, kami bangun pukul 04.30 WIB, dan bersiap untuk mendaki puncak sejati gunung Sumbing. Karena persiapan terlalu lama, kami baru bisa mulai pendakian pukul 06.00 WIB, dan sampai puncak pukul 06.20 WIB. Ada 8 orang yang ke puncak, yaitu mas Ismu, Son, Heni, Alfi, Ginanjar,Lili, Sevi, dan Fajri, sedangkan mas Coy dan mas Maman menunggu dome serta memasak. Puncak saat itu berkabut, tapi kami tetap bersyukur atas karunia Tuhan atas keindahan alamnya. Tak lupa kami berfoto bersama dengan banner 40th MAPALA UNY MADAWIRNA. Kabut tak kunjung memberi kesempatan pada matahari untuk sekedar mengintip dan menyemburatkan sinarnya. Kami turun setelah puas berfoto dan menikmati dinginnya puncak Sumbing.

Mapala UNY, Madawirna
Puncak Sejati Gn Sumbing
    Di bawah, kami sudah disambut kopi dan susu hangat buatan mas Coy. Kami melepas lelah sejenak, kemudian dilanjut memasak untuk memberi asupan gizi yang cukup, tentunya bukan sekedar buat mie dong. Menu pagi itu telur rebus dengan sayur yang dicampur sosis Setelah siap kami melahap sarapan dan melanjutkan perjalanan menuruni gunung. Sebelum menuruni gunung, kami melakukan seremoni tradisi syukur ala Madawirna. Yaitu dengan membentuk lingkaran dengan tangan saling berpegangan satu dengan yang lain sambil menyanyikan lagu Syukur dan di akhiri dengan Doa bersama yang di pimpin oleh yang palig tua biasanya. Seremoni ini kami lakukan bukan hanya untuk meneruskan tradisi semata, tetapi memang untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yang Maha Kuasa atas limpahan karunianya sehingga perjalanan kami ini bisa sampai Puncak dengan Selamat. Doa kami panjatkan agar selalu di berikan kelancaran da keselamatan agar sampai di rumah dengan tidak kurang suatu apapun agar kami bisa kembali untuk menjelajahi keagungan Alam Ciptaan-Nya.

Mapala UNY, Madawirna
Seremoni tradisi Syukur Madawirna
    Pukul 09.00 setelah melakukan pemanasan, kami mulai berjalan. Kami sempat berhenti di kawah, sabana, puncak Kaliangkrik, sungai terakhir, untuk berfoto dan beristirahat. Hujan gerimis mulai turun, kami terus berjalan menghiraukan rasa lelah kami. Di camp 2 kami beristirahat dulu untuk memasak mie sekedar untuk mengganjal perut dan untuk mengumpulkan tenaga sebelum menuruni tangga-tangga yang menurut kami sangatlah horor. Kenapa kami menyebut horror bukan karena ada Mystiknya tetapi karena jumlah anak tangganya yang jumlahnya aduhai untuk di lalui. Bagi yang sering mendaki gunung, anak Tangga di jalur pendakian adalah momok yang bisa membuat dengkul sudah lemes duluan, apalagi pas melewatinya. Bagaikan test kekuatan persendian kita. Apalagi yang sudah Tuaa.. kayak Mas Coy dan Mas Maman…selamat menikmati tangganya Mas…hahahaha.
  Tantangan terakhir akhirnya kami lalui, kurang lebih 1,5 jam kami berhasil sampai basecamp dengan selamat, tetapi kondisi kaki tremor ( bergetar sendiri ) serasa malayang-layang setelah melewati anak tangga yang berjumlah ± 2600. Tak berselang lama setelah semua bersiap, kami berpamitan pada kepala dusun pak Lilik dan mengendarai motor pulang ke Jogja. Sebelum pulang kami mengantar mas maman ke rumah, dan disana disuguhi teh anget sepaket dengan makan sore.
   Alhamdulillah, rasa lelah kami terbayar dengan betapa nikmatnya lukisan Tuhan YME. Alam adalah sarana terbaik untuk kembali mengingat betapa kita terlampau kecil di antara kebesaran Tuhan. Terimakasih Tuhan, Engkau masih memberi kami kesempatan untuk menjelajah dengan mesra keagungan alam ciptaan-Mu.

Mapala UNY, Madawirna

Mapala UNY, Madawirna


Mapala UNY, Madawirna


Mapala UNY, Madawirna


Mapala UNY, Madawirna



Oleh : Isna Alfiyah  ( Warga Baru 2014 )

Selasa, 10 Maret 2015

Pengarungan Sungai Progo Via Kandangan


Mapala UNY, Madawirna
Sungai Progo Hulu Via Kandangan
Selasa, 10 maret 2015 tepat pukul 06.30 aku mulai tersadar dari lelapnya mimpi. Yosi, salah satu warga muda MADAWIRNA membangunkan saya karena hari itu kami punya jadwal untuk melakukan kegiatan pengarungan di sungai progo. Dengan mata yang masih sayu dan badan rasanya masih ingin terkapar diatas kasur saya harus tetap bangun karena ternyata teman – teman yang lain sudah menunggu.

Kami berencana melakukan pengarungan dengan satu perahu yang berisikan warga MADAWIRNA, satu perahu berisikan pegawai consina, dan satu perahu lagi diisi oleh anggota FAJY. Peserta pengarungan yang merupakan warga MADAWIRNA berjumlah 6 orang yaitu yosi, vika, choy, nanut, Deky, dan saya sendiri. Awalnya ada satu lagi warga MADAWIRNA yang berencana untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu yaitu febri, tapi karena suatu kendala yang tidak bisa dihindari akhirnya febri tidak jadi ikut. Karena kendala yang dialami saudari febri tersebut kami juga terpaksa untuk mengundur waktu keberangkatan yang semula direncanakan berangkat pukul 07.00 akhirnya kami berangkat dari sekretariat pada pukul 08.00.

Perjalanan dari sekreteriat menuju basecamp tempat kami berkumpul dengan teman-teman yang lain memakan waktu kira-kira 60 menit. Setelah sampai di basecamp, tepatnya di Kaling Kalih salah satu operator rafting di magelang, kami langsung menyiapkan alat yang akan digunakan saat pengarungan dan setelah semuanya siap pada pukul 09.30 kami melanjutkan perjalanan menuju start dengan menggunakan transport lokal yang sudah disiapkan sebelumnya. Perjalanan dari basecamp menuju start yang berlokasi di desa kandangan kab temanggung kira-kira ditempuh dengan waktu satu setengah jam. Setelah sampai di lokasi start untuk pengarungan kami segera melakukan persiapan sebelum pengarungan seperti memompa perahu, pemanasan, seting alat dan tidak lupa berdoa.

Tepat pada pukul 11.15 kami (peserta pengarungan) mulai melakukan pengarungan, kondisi cuaca saat itu cukup bersahabat karena matahari tidak terlalu terik tetapi juga tidak hujan. Sedangkan kondisi air relatif sedang tidak terlalu besar ataupun kecil. Jeram demi jeram kami lewati suara gemericik air yang menetes dari tebing-tebing ditepi sungai menambah semangat kami untuk melanjutkan pengarungan, sempat sekilas terpikir dalam benak saya “air sebanyak ini dari mana? Kenapa tidak berhenti mengalir?”, beberapa saat setelah itu saya menyadari ini tidak lain karena kekuasaan Tuhan YME.

Mapala UNY, Madawirna

Ada tiga hal yang baru untuk saya dan sedikit memacu keluarnya hormon adrenalin dalam tubuh ini yang pertama morfologi sungai yang berlika-liku karena memang termasuk sungai bagian hulu sehingga peserta pengarungan harus membolak-balikan perahu kekanan dan kekiri untuk menghindari banyaknya bebatuan yang berada di tengah-tengah sungai. Hal kedua, ketika pengarungan hampir sampai setengah perjalanan, kami bercanda dengan salah satu peserta pengarungan dari perahu consina yaitu Sholahuddin atau biasa dipanggil Olla sampai dia terjatuh dari perahu dan akhirnya harus melakukan renang jeram, sebenarnya jeram yang dilewati Olla tanpa perahu ini tergolong biasa dan tidak terlalu berbahaya tetapi karena Olla belum terbiasa dan bisa dikatakan baru melakukan hal serupa jadi dia tidak tahu cara atau teknik melakukan renang jeram sehingga alhasil lutut Olla mengalami sedikit memar karena benturan dengan batu. Sedangkan hal ketiga yang membuat jantung ini berdegup kencang yaitu saat pengarungan sampai di bendungan setinggi kira-kira 3 meter, awalnya kami ragu untuk menerabas bendungan dengan awak perahu tetap berada diatasnya dan berencana untuk melakukan lining (melewati daerah sungai dengan berjalan di darat) tetapi setelah kami melihat perahu consina yang dioperatori oleh mas azis dan pak ayub melewati bendungan dengan lancar kami jadi penasaran untuk melakukan hal serupa dan akhirnya kami menguatkan tekad untuk melakukannya, alhasil ternyata kami bisa melakukannya dengan lancar dan rasanya sangat mengasikkan sekali sampai ada salah satu peserta pengarungan ingin melakukannya lagi.

Selain ketiga hal diatas pengarungan berjalan lancar seperti biasanya, ada istirahat makan snack ditengah pengarungan, morfologi sungai yang kami arungipun setelah itu termasuk biasa saja. Akhirnya kami sampai di finish jam 15.30, sesampainya di finish kami langsung membawa semua peralatan yang dipakai dalam pengarungan ketepi jalan dan menghubungi transport lokal yang diawal tadi mengantarkan kami ke start pengarungan. Tak lama setelah itu kami dijemput dengan sebuah mobil dan segera kami menata semua peralatan diatas dan didalam mobil, setelah itu kami kembali ke basecamp dan langsung bersih-bersih diri. Setelah bersih-bersih diri kami menyempatkan untuk bertemu dengan purna warga MADAWIRNA yang kebetulan sedang ada pekerjaan di dekat basecamp yang kami gunakan, secara kebetulan pula purna warga yang kami temui (Mas Amri, Mas Maman, Mas Yoyok dan Mba Lelly) sedang merasa lapar sama dengan kami yang baru selesai melakukan pengarungan. Akhirnya kami diajak makan bersama dan setelah makan selesai baru kami melakukan perjalanan pulang ke sekretariat MADAWIRNA, kami sampai di sekeretariat sekitar pukul 20.00 dan langsung mengkondisikan alat yang baru kami pakai untuk kegiatan.

Sekian cerita pengarungan kami untuk mengisi waktu luang ditengah kesibukan sehari-hari, terimakasih dan tunggu cerita-cerita kami selanjutnya bersama MADAWIRNA, MAJU TERUS PANTANG MUNDUR...

Video pengarungan Sungai Progo via Kandangan bisa di lihat di bawah ini :





Ditulis Oleh         : Naufal B - 1091


Jumat, 06 Maret 2015

Hasil Lomba Madawirna Fun Boulder Competition 2015

Madawirna Fun Boulder Competition Tingkat Pelajar se DIY-Jateng 2015


Mapala Uny, Madawirna
     Madawirna Fun Boulder Competition 2015      
      Madawirna Fun Boulder Competition merupakan perlombaan yang diikuti oleh pelajar tingkat SMA sederajat se DIY-Jateng. Jenis perlombaan papan panjat yang dilakukan dengan konsep competition dan Fun, diharapkan dapat menumbuhkan minat para pelajar SMA se derajat pada khususnya untuk menyukai salah satu jenis olahraga ini. Salah satu olahraga yang memacu otak dan otot. Dimana jiwa pantang menyerah dan terus berfikir yang akan dituntut dalam olahraga ini. Selain untuk menarik minat peserta, Madawirna Fun Boulder Competition juga menjadi sarana untuk mengenal bahkan mengakrabkan baik antar peserta maupun panitia bahkan bisa juga sebagai sarana penyambung silaturahmi antara sesama akademisi (kalangan Mahasiswa dan Pelajar).
        MFBC ini dilakukan seharian penuh tepatnya tanggal 1 Maret 2015,mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB. Bertempat di halaman boulder Madawirna UNY yang terletak tepat didepan Student Centre UNY sayap barat. Dengan jumlah pesera sebanyak 48 peserta (putra) dari 16 SMAsederajat untuk wilayah DIY-Jateng. 
       Alur permainan ini terdiri dari babak penyisihan untuk mengambil 10 teratas menuju final dan mencari 3 juara. Empat puluh delapan peserta memperebutkan piala rektorat dan total hadiah sebesar Rp.2 250.000,- dengan rincian : juara I memperoleh satu juta rupiah, juara II memperoleh tujuh ratus lima puluh rupiah, dan juara III memperoleh lima ratus ribu rupiah. Berikut hasil perolehan point Madawirna Fun Boulder Competition


Daftar Peserta Lomba Fun Boulder Competition Madawirna 2015.



Hasil Lomba Peringkat 1- 10



Kompetisi ini di bawah penjurian

Juri Kepala      : Anang Sulistya
Juri Tes Jalur  : Omak Surajiono
Juri jalur 1       : Taryatman
Juri jalur 2       : ismu (FPTI kotaYogyakarta).
Juri jalur 3       : Amri Pristiyawan

Oleh : Humas