Sabtu, 21 Maret 2015

Anak Tangga Gn Sumbing Jalur Butuh Memang Aduhai

( Pendakian Warga Baru 2014, Madawirna, Gn Sumbing Via Butuh Kaliangkrik )

Mapala UNY, Madawirna


      Sumbing dengan dengan ketinggian 3.371 mdpl, itu yang kami piih untuk perjalan kali ini. Dan jalur yang kami pakai adalah mbutuh, kaliangkrik. Memang jalur ini sudah familiar dengan beberapa kegiatan MAPALA UNY MADAWIRNA sebelumnya. Jumat, 13 Maret 2015, kami, rombongan dari MAPALA UNY MADAWIRNA berjumlah sembilan orang yang beranggotakan Mas Coy, Mas Ismu, Alfi, Son, Heni, Ginanjar, Brigita, Fajri, dan Sevi berangkat untuk melakukan pendakian gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik. Tepatnya pukul 16.00 WIB, kami berangkat dari sekretariat  dengan sepeda motor berbonceng-boncengan. Kurang lebih dua jam perjalanan yang kami tempuh untuk sampai ke tempat kediaman Mas Maman, salah satu  purnawarga (sebutan untuk alumni Madawirna), yang rumahnya terletak di Kaliangkrik. Sambutan yang ala kadarnya tapi sangat sarat akan kekeluargaan dari keluarga mas maman. Teh hangat, kopi panas serta makanan tradisional kami lahap tak lupa makan malam juga.  Setelah sholat isya atau tepatnya pukul 20.15 WIB kami berangkat menuju basecamp rumah kepala dusun dan bertambah anggota mas maman yang akhirnya memutuskan untuk ikut pendakian, sehingga personil kita menjadi sepuluh orang.
    Sesampai di basecamp kami beristirahat sebentar, sambil beramah tamah dengan kepala dusun, pak Lilik. Banyak percakapan yang bicarakan, karna memang dulu MAPALA UNY MADAWIRNA selalu dan sering berkegiatan di sumbing lewat jalur Kaliangkrik untuk prosesi pemantapan 4 dalam proses Penerimaan Warga Baru. Setelah dirasa cukup baru kita melakukan pemanasan dilanjut dengan berdoa bersama, kemudian mulai mendaki pukul 22.00 WIB. Pendakian sampai camp 2 melewati tangga tanah yang sangat panjang dan melelahkan jiwa raga kami. Sekitar 2 jam lebih kami berjuang sekuat tenaga melewati tangga tanah itu menuju camp 2. Tapi rasa lelah kami sedikit terobati dengan adanya pemandangan cantik dari atas. Bagaikan bukit bintang versi lain, meeen.
   Hawa dingin mulai menusuk tulang, di camp 2  kami langsung memasak air dan mendirikan tenda dome untuk bermalam. Kopi dan cemilan serta obrolan hangat menjadi pengantar tidur kami untuk menyambut hari esok dan melanjutkan perjalanan. Cuaca kurang bersahabat, kami terlelap diiringi hujan yang cukup deras.

Mapala UNY, Madawirna
Suasana pagi hari di Camp 2
   Pukul 05.00 WIB, waktu yang dijadwalkan untuk bangun, PJ bangun, Alfi, mulai membangunkan teman-teman lain. Hujan masih turun, membuat udara semakin dingin dan kami enggan untuk berpisah dengan sleeping bag. Sekitar pukul 06.00 WIB, semua personil baru berhasil bangun dan beraktifitas. Setelah sarapan, dengan semangat yang membara, kami melanjutkan pendakian menuju puncak. Jalan yang kami lalui cukup terjal dan hanya cukup dilewati 1 orang, bertepi jurang. Tapi, lagi-lagi kami disuguhi pemandangan yang luar biasa tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Petchyaaah meen....!!

Mapala UNY, Madawirna
Pemandangan di atas Camp 2
    Sekitar satu jam berjalan, kabut mulai menyelimuti. Walau begitu, semangat kami untuk menggapai puncak tidak surut. Kami terus mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah. Setelah hampir perjalanan 1 jam kami sampai di camp 3 dan beristirahat, tidak lupa selfie. Setelah dirasa cukup kami berjalan lagi, dan 1 jam kemudian sampai di sungai terakhir. Jadi, total sungai yang kita lewati ada 9 sungai. Disini kami beristirahat lagi karena banyak batu besar yang nyaman untuk melepas lelah.

Mapala UNY, Madawirna
Istirahat melepas lelah di Sungai Terakhir
    Hujan rintik-rintik mulai turun, kami terus berjalan, akhirnya sampai juga kami di camp 4 atau lebih kerap disebut Pohon Tunggal, karena memang cuman ada satu pohon yang berdiri disitu. dan sampai pada puncak Kaliangkrik. Kami tidak berlama-lama karena udara sangat dingin. Hari semakin sore, hujan bertambah deras, kabut masih saja menyelimuti. Selanjutnya kami turun ke sabana, naik ke kawah, lalu turun ke pasir putih. Di pasir putih kami jadikan tempat untuk nge-camp. Hujan turun sangat deras. Dengan berbalut raincoat kami mendirikan tenda dome dengan tubuh menggigil kedinginan. Setelah dome berdiri kami membuat minuman hangat, bercengkrama sebentar. Pukul 17.00 WIB kami tidur part 1. Malamnya kami bangun pukul 19.30 untuk memasak makanan. Menu yang kami pilih waktu itu adalah ayam goreng, tempe goreng serta lotek. Walaupun sangat enggan rasanya keluar dome di udara sedingin itu, kami harus beraktifitas dan makan agar tubuh lebih hangat. Setelah semua selesai, makan dan beres-beres, kami tidur part 2, berdo’a supaya esok cerah dan bisa sampai puncak sejati mengejar sunrise esok harinya.

Mapala UNY, Madawirna
Milkyway di kawah pasir
    Pagi itu cuaca terlihat cerah, kami bangun pukul 04.30 WIB, dan bersiap untuk mendaki puncak sejati gunung Sumbing. Karena persiapan terlalu lama, kami baru bisa mulai pendakian pukul 06.00 WIB, dan sampai puncak pukul 06.20 WIB. Ada 8 orang yang ke puncak, yaitu mas Ismu, Son, Heni, Alfi, Ginanjar,Lili, Sevi, dan Fajri, sedangkan mas Coy dan mas Maman menunggu dome serta memasak. Puncak saat itu berkabut, tapi kami tetap bersyukur atas karunia Tuhan atas keindahan alamnya. Tak lupa kami berfoto bersama dengan banner 40th MAPALA UNY MADAWIRNA. Kabut tak kunjung memberi kesempatan pada matahari untuk sekedar mengintip dan menyemburatkan sinarnya. Kami turun setelah puas berfoto dan menikmati dinginnya puncak Sumbing.

Mapala UNY, Madawirna
Puncak Sejati Gn Sumbing
    Di bawah, kami sudah disambut kopi dan susu hangat buatan mas Coy. Kami melepas lelah sejenak, kemudian dilanjut memasak untuk memberi asupan gizi yang cukup, tentunya bukan sekedar buat mie dong. Menu pagi itu telur rebus dengan sayur yang dicampur sosis Setelah siap kami melahap sarapan dan melanjutkan perjalanan menuruni gunung. Sebelum menuruni gunung, kami melakukan seremoni tradisi syukur ala Madawirna. Yaitu dengan membentuk lingkaran dengan tangan saling berpegangan satu dengan yang lain sambil menyanyikan lagu Syukur dan di akhiri dengan Doa bersama yang di pimpin oleh yang palig tua biasanya. Seremoni ini kami lakukan bukan hanya untuk meneruskan tradisi semata, tetapi memang untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yang Maha Kuasa atas limpahan karunianya sehingga perjalanan kami ini bisa sampai Puncak dengan Selamat. Doa kami panjatkan agar selalu di berikan kelancaran da keselamatan agar sampai di rumah dengan tidak kurang suatu apapun agar kami bisa kembali untuk menjelajahi keagungan Alam Ciptaan-Nya.

Mapala UNY, Madawirna
Seremoni tradisi Syukur Madawirna
    Pukul 09.00 setelah melakukan pemanasan, kami mulai berjalan. Kami sempat berhenti di kawah, sabana, puncak Kaliangkrik, sungai terakhir, untuk berfoto dan beristirahat. Hujan gerimis mulai turun, kami terus berjalan menghiraukan rasa lelah kami. Di camp 2 kami beristirahat dulu untuk memasak mie sekedar untuk mengganjal perut dan untuk mengumpulkan tenaga sebelum menuruni tangga-tangga yang menurut kami sangatlah horor. Kenapa kami menyebut horror bukan karena ada Mystiknya tetapi karena jumlah anak tangganya yang jumlahnya aduhai untuk di lalui. Bagi yang sering mendaki gunung, anak Tangga di jalur pendakian adalah momok yang bisa membuat dengkul sudah lemes duluan, apalagi pas melewatinya. Bagaikan test kekuatan persendian kita. Apalagi yang sudah Tuaa.. kayak Mas Coy dan Mas Maman…selamat menikmati tangganya Mas…hahahaha.
  Tantangan terakhir akhirnya kami lalui, kurang lebih 1,5 jam kami berhasil sampai basecamp dengan selamat, tetapi kondisi kaki tremor ( bergetar sendiri ) serasa malayang-layang setelah melewati anak tangga yang berjumlah ± 2600. Tak berselang lama setelah semua bersiap, kami berpamitan pada kepala dusun pak Lilik dan mengendarai motor pulang ke Jogja. Sebelum pulang kami mengantar mas maman ke rumah, dan disana disuguhi teh anget sepaket dengan makan sore.
   Alhamdulillah, rasa lelah kami terbayar dengan betapa nikmatnya lukisan Tuhan YME. Alam adalah sarana terbaik untuk kembali mengingat betapa kita terlampau kecil di antara kebesaran Tuhan. Terimakasih Tuhan, Engkau masih memberi kami kesempatan untuk menjelajah dengan mesra keagungan alam ciptaan-Mu.

Mapala UNY, Madawirna

Mapala UNY, Madawirna


Mapala UNY, Madawirna


Mapala UNY, Madawirna


Mapala UNY, Madawirna



Oleh : Isna Alfiyah  ( Warga Baru 2014 )